Sendu….”

    Hampir empat tahun ini ceritanya masih sama. Hari yang dilalui penuh Tanya.
 “Ada apa?
 “Siapa? 
“Kapan? 
“Dimana? 
“Mengapa? 
“Bagaimana? 
 “Berapa? 
    Semuanya masih tentang rasa, pada kamu, sejak itu, dalam sanubari, karena kita sama, kita masih terpaku yang mungkin betah memelihara ego atau ego yang tak betah, jangan mengukur dalamnya perasaan dengan ramainya kata-kata indah yang sering kita dengar. Terkadang beberapa hal perlu dibisukan, bukan karna malu tetapi TAKUT! 
    Apa kabar janji yang pernah kita ucap? Semoga bukan karena kalap! Bila langkahmu lelah, jangan lupa barang sejenak berpaling ke belakang hanya untuk melihat sejauh mana empat tahun itu. Hampir beberapa waktu yang lalu, kehidupan perempuan dewasa itu masih sama. Dia adalah (…) tidak ada yang berubah. Hari ini, hiruk pikuk lalulintas memekikkan gendang telinga. Begitupula dengan pemandangan di depan yang mengganggu penglihatan. 
    Diantara banyaknya pelik hidup yang sedang ia jalani, masih ada kesenangan orang lain yang bertengger disekitar. Begini cara semesta menampar kesadaran kita. Jatuh bangun kesulitan harus tetap kita lalui, jatuh! Bangkit! Jangan lupa bersyukur Tuhan mu masih menjaga mentalmu sekuat itu. Puas menatap kesenangan yang seharusnya kita juga merasakan itu, ada rasa iri terhadap semua. Mengapa kehidupan yang mereka lalui tidak sesulit hidup kita? Kadang merasa paling bodoh hanya karena membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan sendiri. Namun semakin kesini, ia semakin paham bahwa tidak ada kehidupan yang dapat ditukar. Jalani, syukuri dan kita telah melewatinya. 
    Kesal yang kita rasakan saat ini semoga digantikan dengan kebaikan.iya, semoga semua baik-baik saja. Berharap kau pun begitu. Jangan lupa bahagia!!! Mengapa kamu tidak terlihat? Ia bertanya dalam batin sambil melihat ke arah yang kosong. Samar terdengar suara hati yang begitu yakin ( dia selalu terlihat, namun tak nampak). Semoga Tuhan selalu menjaga langkahmu, walau tertatih kuharap kau tetap melangkah. Entah menuju rumah yang pernah kita bangun atau pada rumah lain yang sedang kau bangun. 
    Maaf, nyatanya aku tak mampu menghilangkan rasa untukmu. Biar rasa ini tetap ada sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Aku tidak pernah berusaha melupakanmu, namun caraku berjuang mendapatknmu saat ini adalah cara terbaik menurutku. jangan mematahkan upayaku, jika kamu sendiri tidak pernah tahu mengapa jati menggugurkan daunnya dimusim kemarau. Aku hanya membiarkan rasa ini tetap tinggal dihati. Sakit, rasanya sungguh sakit saat kata-kata tak mungkin selalu kau ucap sedangkan aku sedang berjuang. Jangan biarkan tutur katamu membuatnya menjadi lemah, Walau sebenarnya kamu lelah menanti diatas penantian yang tak kunjung berakhir. Sejak kamu pergi tanpa pamit. Luka di hati semakin menganga, melalui hari dengan keheningan serasa luka hati ditabur natrium. Sejak saat itu rasa bersalah memenuhi pikiranku. 
Semoga cinta selalu memenuhi harimu. 
 To You, 
Riung, 03 Desember 2022.

Komentar

Terimakasih

Terimakasih

"Selembar Kertas Putih Bagai Hati"