"Selembar Kertas Putih Bagai Hati"

 Suatu waktu, saya menerima selembar kertas putih yang diminta untuk menulis pada kertas tersebut. Apa yang ditulis ke dalamnya adalah tanggung jawab saya. Sebelum menulis saya membuat batasan kertas dengan mengingat metode penulisan seperti pada umumnya. Batasan ini dapat dijadikan pembatas dalam kehidupan saya. Why? Because, saya adalah pusat dari dunia saya sendiri. Lalu bagaimana jika saya menghilangkan batasan kertas tadi, yang terlihat hanya selembar kertas putih yang tak terbatas. Bagaimana tulisan saya bisa tertata dengan rapih dalam kertas tanpa batas tidak dapat saya tentukan.

Mari membawa hati menjadi pusat tulisan tanpa batas. 

Kita tidak bisa menulis sesuatu jika tidak memiliki akal. Oleh karena-Nya saya bersyukur karna dihadiahkan akal dan hati dalam diri. Lalu bagaimana mengkolaborasikan akal dan hati agar seimbang. Saya bercermin bukan untuk memandang tubuh saya, tetapi bayang-bayang kehidupan yang dilalui sampai detik ini. Seperti saat ini, harus membuat keputusan  atas kehendak, entah kehendak orang-orang, keluarga atau diri sendiri. Baru terlihat ternyata sejauh ini belum membuat keputusan atas kehendak diri sendiri. Hahahaha betapa lucunya sering hidup hanya untuk memenuhi harapan mereka. 

Mau sampai kapan? Merelakan akal dan hati yang telah luar biasa Dia hadiahkan dalam diri dan disia-siakan begitu saja. 

Diberi akal untuk berpikir, padahal dengannya kita dapat merasakan hidup di bumi yang terus berputar sepanjang waktunya namun tidak pernah melihat bagaimana bumi berputar. Kita dapat mengetahui adanya planet lain di bumi ini. 

Diberi hati yang mengajarkan arti cinta kepada kita. Ini adalah part yang sangat ingin saya kisahkan “CINTA”. Mencintai kehidupan sendiri, mencintai sahabat, mencintai alam, mencintai kucing dan mencintai kamu pastinya. Tanpa hati kita tidak dapat merasakan seluruh cinta yang ada, seperti cintamu yang masih susah dirasakan. Entah karena tidak miliki hati atau hati yang tidak ber-hati-hati. Dengan kekayaan seisi semesta sekalipun akal dan hati adalah harta yang tidak dapat digantikan. Namun bila keduanya hanya dibiarkan hidup dalam ruang yang tak bercahaya bagaimana dapat berkolaborasi?

Mari keluar dari zona hitam. Saatnya menanyakan kehidupan dalam diri. Terlalu banyak membaca teori buku dan dibiarkan menumpuk begitu saja. Saya berpikir bagaiaman mengubah tumpukan ini menjadi taman hati yang digemari para pengunjung. Membaca pedoman menjadi sukses disertai aksi nyata dan menyakan jodoh sembari memperbaiki diri. 

Sekarang saatnya kita mencaritahu jutaan fakta yang tersembunyi dalam perut semesta. Menjadikan diri sebagai pribadi yang cerdas, kreatif, produktif dan inovatif sehingga mampu melawan musuh kebodohan dan ketidakpedulian. Tidak mampu berpikir, tidak ingin menjadi produktif, tidak suka teman sejawatmu bertanya adalah jiwa-jiwa yang telah lama mati. Sampai kapan betah hidup dibawah tekanan orang lain? Sampai kapan tertidur tanpa nyawa?

Ucapkan selamat datang dihari pertama kehidupan.

Aku mencintaimu, 

wahai hati yang putih

karena kau telah ajarkanku untuk kembali menemukanmu

Pilih mana, diantara : hancur karena bumi yang memporak-porandakan mu atau hancur putus cinta karena tutur yang terkutuk?

Tulisan ini, saya dedikasikan untuk seorang anak yang kelak akan terlahir dari rahim seorang ibu yang kecil. Tanpa memandang siapa kamu, tanamkan cinta dan hati ditaman yang sama. Bagaimana taman hatimu bisa digemari pengunjung, maka perbaiki taman hatimu. Menanam sabar yang tidak mudah runtuh meski kemarau musibah berkepanjangan. Membuat ayunan lembut dengan tempat istirahat yang baik dan menciptakan kasih sayang seperti matahari yang terbit dan terbenam dengan setia. Tidak semua pengunjung dapat merasakan ini jika tidak miliki hati yang putih. Namun bila dikemudian hari kau merasa tidak memiliki hati, maka mintalah kepada pemilik yang hakiki dengan penuh kesungguhan.

The story of 361 from 365



Riung, 27 Desember 2022


Komentar

Terimakasih

Terimakasih

Sendu….”